‘Bahagia Sesungguhnya’
Pagi ini, sosok Lita dibuat bingung
nan’ dilema dengan pesan yang dikirim oleh seorang pria bernama Rio. Sosok pria
yang beberapa kali sempat membuat harinya cerah secerah sinar matahari di pagi
hari, semekar bunga melati, seindah panorama Bali, bahkan membuat senyumnya
nyaris bergejolak di kala bertemu dengan sosok Rio. Lita masih duduk menyila di
sofa panjang, sementara disebelahnya sang ibu sedang asyik membaca koran
harian.
“Aku ingin mengisi kekosongan di
hatimu, Ta. Apa boleh ?” Itulah pesan yang dikirim Rio padanya.
Lita masih diambang dilema. Bahkan,
ia sungguh tak berani membalas pesan dari Rio. Hatinya bergemuruh memang, namun
entah mengapa, ulu hatinya sedikit ragu akan perasaannya pada Rio.
“Apakah aku akan bahagia jika
membiarkannya mengisi ulu hati terdalamku ?.” Batinnya. Lita sadar, sampai
sekarang, ia masih bingung tentang arti bahagia sesungguhnya. Juga, faktor
apakah yang bisa membuatnya tahu arti bahagia sesungguhnya ? Lagi, ia diambang
dilema tak terbantah.
Lita menoleh sang ibu yang tengah
cengengesan sambil tangannya masih memegang koran. “Bu, aku bingung perihal
‘bahagia’. Sampai detik ini, aku masih bingung akan arti bahagia sesungguhnya.
Lita butuh pencerahan.” Cakapnya.
Si Ibu tersenyum, tangan kirinya
menggapai rambut sang anak, lalu ia elus pelan. “Sederhana. Bahagia itu
ditentukan hatimu sendiri, Nak. Bukan dari ketentuan ataupun hati orang lain.
Jadi, yang pantas menjawabnya adalah hatimu sendiri, Nak. Jika hatimu berbunga
akan sesuatu, berarti itulah bahagia untukmu. Sesungguhnya!”
Lita bergegas menjangkau hapenya.
“Boleh. Aku mengijinkanmu untuk mengisi kekosongan di hatiku, Rio..” senyumnya
merekah.
Lita meraba jantungnya. Entah
mengapa, ia merasa begitu nyaman nan lega saat meraba jantungnya, seakan aroma
wangi bunga mawar masuk ke liang hidungnya dan perlahan menembus jantungnya.
Berbunga-bunga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar