Rabu, 30 Maret 2016

Bahagia Sesungguhnya





‘Bahagia Sesungguhnya’

Pagi ini, sosok Lita dibuat bingung nan’ dilema dengan pesan yang dikirim oleh seorang pria bernama Rio. Sosok pria yang beberapa kali sempat membuat harinya cerah secerah sinar matahari di pagi hari, semekar bunga melati, seindah panorama Bali, bahkan membuat senyumnya nyaris bergejolak di kala bertemu dengan sosok Rio. Lita masih duduk menyila di sofa panjang, sementara disebelahnya sang ibu sedang asyik membaca koran harian.



“Aku ingin mengisi kekosongan di hatimu, Ta. Apa boleh ?” Itulah pesan yang dikirim Rio padanya.



Lita masih diambang dilema. Bahkan, ia sungguh tak berani membalas pesan dari Rio. Hatinya bergemuruh memang, namun entah mengapa, ulu hatinya sedikit ragu akan perasaannya pada Rio.



“Apakah aku akan bahagia jika membiarkannya mengisi ulu hati terdalamku ?.” Batinnya. Lita sadar, sampai sekarang, ia masih bingung tentang arti bahagia sesungguhnya. Juga, faktor apakah yang bisa membuatnya tahu arti bahagia sesungguhnya ? Lagi, ia diambang dilema tak terbantah.



Lita menoleh sang ibu yang tengah cengengesan sambil tangannya masih memegang koran. “Bu, aku bingung perihal ‘bahagia’. Sampai detik ini, aku masih bingung akan arti bahagia sesungguhnya. Lita butuh pencerahan.” Cakapnya.



Si Ibu tersenyum, tangan kirinya menggapai rambut sang anak, lalu ia elus pelan. “Sederhana. Bahagia itu ditentukan hatimu sendiri, Nak. Bukan dari ketentuan ataupun hati orang lain. Jadi, yang pantas menjawabnya adalah hatimu sendiri, Nak. Jika hatimu berbunga akan sesuatu, berarti itulah bahagia untukmu. Sesungguhnya!”



Lita bergegas menjangkau hapenya. “Boleh. Aku mengijinkanmu untuk mengisi kekosongan di hatiku, Rio..” senyumnya merekah.


Lita meraba jantungnya. Entah mengapa, ia merasa begitu nyaman nan lega saat meraba jantungnya, seakan aroma wangi bunga mawar masuk ke liang hidungnya dan perlahan menembus jantungnya. Berbunga-bunga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar